Ntah kayak yang pernah
gue bilang sebelumnya, gue sama sekali gak ada bakat nulis atau hal yang
berkaitan dengan mengarang cerita. Tapi ntah kenapa semakin kesini gue jadi
pengen ngungkapin semuanya lewat tulisan. Bukan jadi novelis tujuan gue, atau
kayak Raditya Dika, Sam Maulana atau Bene Dion yang tulisan mereka tuh selalu
bikin ketawa ngakak. Tapi gue pengen ngungkapin semua yang gue rasain yang
mungkin juga dirasain mahasiswa tingkat akhir lainnya di seluruh Indonesia.
Semua berawal dari cerita explorasi alam yang belakangan sering gue lakuin.
Gue emank cinta banget
sama yang travelling yah meskipun travelling gue gak kayak yang di tivi-tivi
yang ditayangin setiap sabtu minggu itu. Travelling gue itu dimana gue bisa nikmatin
setiap perjalanan yang bisa ngasih gue pelajaran untuk lebih menghargai dan
mengucap syukur. Kali ini, ntah motivasi apa yang gue dapet, gue pengen nuangin
semua pengalaman explorasi dan travelling itu dalam sebuah tulisan sederhana
untuk dapat berbagi pada semua orang. Menguak betapa indahnya alam ciptaan
Tuhan ini yang harus bersama kita jaga dan lestarikan serta bagaimana
meningkatkan rasa syukur terhadapNya.
Oke, pada kesempatan ini
gue mau nuangin cerita dan pengalaman gue sama rekan-rekan gue ke sebuah salah
satu air terjun yang ada di Kota Padang. Tepatnya, di Ulu Gadut sekitar 30
menit dari pusat kota Padang. Yah, air terjun ini bernama Air Terjun Sarasah.
Perbukitan tempat bersemayamnya air terjun molek 7 tingkat ini berada di wilayah
konservasi hutan kota di belakang pabrik semen PT. Semen Padang.
Selepas shalat Jum’at 03
April 2015 dengan bermodal ilmu kodok, gue bareng Arif, Wildan, dan beberapa
temen memutuskan untuk explore nature kesana. Udah lama sebenernya gue merengek
ke Arif minta diajakin kemari. Tapi karena kesibukan dia PLK dan gue berkutat
skripsi, tak ada waktu yang pas untuk kami go nature. Akhirnya, dengan acara
dadakan gue bisa dateng nyamperin sang bidadari 7 tingkat ini.
Kami sebenernya udah
cemas karena kami sampe udah kesorean, kami lama di jalan. Sempet 2 motor
kepisah rombongan, jadi kami kelamaan nunggu di simpang Gadut. Diperjalanan gue
udah berdebar karena ini first time nya gue jelajah ke ujung perbukitan batas
kota Padang ini. Dari cerita yang gue denger, untuk pergi kesana ngelewatin
kampus PGSD Universitas Negeri Padang, Rumah Sakit Jiwa (kalo orang sini sering
bilangnya Indarung belok kiri, hehe), Lapangan Golf dan penampakan pabrik
belakang PT. Semen Padang.
Akses kesana ternyata tak
semudah yang gue bayangin. Ternyata jalan yang kami lalui itu jalan batu dan
tanah sampai titik spot gerbang masuk. Dari gerbang masuk kami masih harus
mengendarai motor lagi untuk ke lokasi parkir. Jalannya itu aduhh, gue kasian
sama motornya Arif. Perjalanan dari parkir harus jalan kaki, sekitar 30
menitan. Namun ada kekecewaan di awal yang kami rasakan, adanya pungutan liar
oleh warga yang kebunnya dilalui oleh orang-orang kesana. Bukan masalah duit
seberapanya, tapi masalah pengelolaannya. Tempat wisata berpotensi ini masih
dikelola oleh masyarakat sekitar dan itupun individual mereka sendiri. Oke
gapapa.
Perjalanan berikutnya
harus dilalui dari sungai ke hulu. Disitu gue udah takjub banget karena
bnyaknya batuan gede, air yang jernih. Bener-bener alami banget, belom
keeksplor sama sekali. Rasa takjub gue makin menjadi-menjadi ketika kami sampai
di tingkat bawah dari Air Terjun ini. Gila keren banget. Gue pengen teriak tapi
malu sama pengunjung lainnya.
Seakan tak puas, kami pun
mencoba Up Rapling ke tingkatan diatasnya. Oh my God, sumpah keren banget, di
tingkatan ini air terjunnya tinggi banget, sekitar 15meteran menurut gue. Wow,
kami masih lanjut pendakian. Karena tak ada batuan yang bisa dipijak, dari sini
ke tingkatan diatasnya harus mendaki menggunakan tali. Gila ini terjal banget,
sudut kemiringan 60 dderajat mamen, kepeleset-kepeleset kami yang mendaki itu
bah.
Sesampainya diatas,
pemandangan udah keren banget. Diantara perbukitan hijau yang menjulang tampai
setumpuk hiruk pikuk kepadatan kota Padang dengan bangunannya. Di sini kami
melaksanakan sholat Ashar sejenak karena di tingkatan ini bebatuannya agak
lapang.
Kemudian kami Up Rapling
lagi, ini yang terakhir. And this is it. Tingkatan terakhir Air Terjun Sarasah,
yah walaupun gak berjumlah 7. Gue berdecak kagum. Keren banget. Kata Arif,
disini spot yang keren buat berenang, karena cekungan air terjunnya lumayan
dalem. 3-4 mater. Lebar nya juga gak seberapa. Berdiameter 4 meteran
sepertinya. Selebar jalan raya. Tanpa buang waktu lagi, bergegas kami nyemplung
satu persatu. Awalnya gue ragu, karena takut kelelep gitu. Eits gue bisa
berenang kok, cuman kan udah lama gak mandi-mandi sungai kek gini, agak
canggung aja rasanya. Haha.. Wow, amazing. Airnya bening banget, seger, wenak e
poll..
Dari atas sini
pemandangan sungguh Subhanallah. Betapa indahnya perbukitan yang terpampang
itu. Inilah pemberian alam kepada kita. Tak hanya hijaunya yang menjadi udara
untuk dihela, tak hanya airnya yang menjadi penyangga kehidupan, tapi
keindahannya yang menjadi persembahan untuk patut di syukuri. Indahnya lukisan
Tuhan.
Air Terjun Sarasah ini
memang lagi booming di kalangan pecinta alam di kota Padang. Setelah sebelumnya
Air terjun di Lubuk Minturun. Air Terjun ini seakan menjadi magnet yang begitu
indah untuk dikunjungi. Karena sebelumnya air terjun ini begitu terkenal di
Intagram masyarakat kota Padang. Dan ternyata emank bener, wow keren banget.
Team:
Muhammad Arif Nasution
Heru Setiawan
Wildan Mufti
Kholil
Bang Amin
Bang Erwin
Muhammad Fauzi
0 Response to "Moleknya 7 Bidadari di Air Terjun Sarasah"
Posting Komentar